BAB 1
WIRAUSAHA KERAJINAN DENGAN
INSPIRASI OBJEK BUDAYA LOKAL
A.
Perencanaan Usaha Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
Kegiatan
wirausaha didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia, material, peralatan,
cara kerja, pasar, dan pendanaan. Sumber daya yang dikelola dalam sebuah
wirausaha dikenal dengan sebutan 6M, yakni Man (manusia), Money (uang),
Material (bahan), Machine (peralatan), Method (cara kerja), dan Market (pasar).
Wirausaha kerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal dapat dimulai dengan
melihat potensi bahan baku (Material), keterampilan produksi (Man &
Machine) dan budaya lokal yang ada di daerah setempat. Wirausaha kerajinan
dengan inspirasi budaya akan menawarkan karya-karya kerajinan inovatif kepada
pasaran. Pasar sasaran (Market) dari produk kerajinan ini adalah orang-orang
yang menghargai dan mencintai kebudayaan tradisional. Kemampuan mengatur
keuangan (Money) dalam kegiatan usaha akan menjamin keberlangsungan dan
pengembangan usaha.
B.
Perancangan dan Produksi Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
Proses perancangan
kerajinan diawali dengan pemilihan sumber inspirasi dan pencarian ide produk
kerajinan, pembuatan sketsa ide, pembuatan studi model kerajinan, dilanjutkan
dengan pembuatan petunjuk produksi. Ide kerajinan dengan inspirasi objek budaya
lokal akan dikembangkan menjadi produk kerajinan yang akan diproduksi dan siap
dijual. Dengan demikian, produk yang dihasilkan harus memiliki nilai estetik
dan inovasi agar diminati pasar.
Objek budaya lokal dapat
objek 2 (dua) dimensi seperti relief dan motif, atau 3 (tiga) dimensi seperti
bangunan, alat musik dan senjata.
1.
Pencarian Ide Produk
Untuk
memudahkan pencarian ide atau gagasan untuk rancangan kerajinan objek budaya
lokal, mulailah dengan memikirkan hal-hal di bawah ini.
·
Objek budaya lokal apa yang akan menjadi inspirasi?
·
Produk kerajinan apa yang akan dibuat?
·
Siapa yang akan menggunakan produk kerajinan tersebut?
·
Bahan/material apa yang apa saja yang akan dipakai?
·
Warna dan/atau motif apa yang akan digunakan?
·
Adakah teknik warna tertentu yang akan digunakan?
·
Bagaimana proses pembuatan produk tersebut?
·
Alat apa yang dibutuhkan?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat diungkapkan dan didiskusikan dalam kelompok dalam bentuk curah
pendapat (brainstorming). Pada proses brainstorming ini setiap anggota kelompok
harus membebaskan diri untuk menghasilkan ide-ide yang beragam dan
sebanyak-banyaknya.
2.
Membuat Gambar/Sketsa
Ide-ide produk, rencana atau rancangan dari produk kerajinan digambarkan atau
dibuatkan sketsanya agar ide yang abstrak menjadi berwujud. Ide-ide rancangan
dapat digambarkan pada sebuah buku atau lembaran kertas, dengan menggunakan
pensil, spidol atau bolpoin dan sebaiknya hindari penggunaan penghapus.
3.
Pilih Ide Terbaik
Setelah kamu menghasilkan banyak ide-ide dan menggambarkannya dengan
sketsa, mulai pertimbangkan ide mana yang paling baik, menyenangkan dan
memungkinkan untuk dibuat.
4.
Prototyping atau Membuat Studi Model
Sketsa ide yang dibuat pada tahap-tahap sebelumnya adalah format dua
dimensi. Artinya hanya digambarkan pada bidang datar. Kerajinan yang akan
dibuat berbentuk tiga dimensi. Maka, studi bentuk selanjutnya dilakukan dalam
format tiga dimensi, yaitu dengan studi model. Studi model dapat dilakukan
dengan material sebenarnya maupun bukan material sebenarnya.
5.
Perencanaan Produksi
Tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk proses produksi
atau proses pembuatan kerajinan tersebut. Prosedur dan langkah-langkah kerja
dituliskan secara jelas detail agar pelaksanaan produksi dapat dilakukan dengan
mudah dan terencana.
a. Produksi
Kerajinan dengan Inspirasi Objek Benda Lokal
Tahapan
produksi secara umum terbagi atas pembahanan, pembentukan, perakitan, dan
finishing. Tahap pembahanan adalah mempersiapkan bahan atau material agar siap
dibentuk. Tahapan proses pembahanan dilanjutkan dengan proses pembentukan.
Pembentukan bahan baku bergantung pada jenis material, bentuk dasar material
dan bentuk produk yang akan dibuat. Material kertas dibentuk cara dipotong atau
dipahat. Pemotongan bahan dibuat sesuai dengan bentuk yang direncanakan.
Pemotongan dan pemahatan juga biasanya digunakan untuk membuat sambungan bahan,
seperti menyambungkan bilah-bilah papan atau dua batang bambu. Pembentukan besi
dan rotan, selain dengan pemotongan, dapat menggunakan teknik pembengkotan.
Pembentukan besi juga dapat menggunakan teknik las. Logam lempengan dapat
dibentuk dengan cara pengetokan. Tahap terakhir adalah finishing. Finishing
dilakukan sebagai tahap terakhir sebelum produk tersebut dimasukkan ke dalam
kemasan.
Kelancaran
produksi juga ditentukan oleh cara kerja yang memperhatikan K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Upaya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja bergantung
pada bahan, alat dan proses produksi yang digunakan pada proses produksi. Proses
pembahanan dan finishing, apabila menggunakan bahan kimia yang dapat berbahaya
bagi kulit dan pernafasan, pekerja harus menggunakan sarung tangan dan masker
dengan filter untuk bahan kimia. Selain alat keselamatan kerja, hal yang tak
kalah penting adalah sikap kerja yang rapi, hati-hati, teliti dan penuh
konsentrasi. Sikap tersebut akan mendukung kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Kemasan
Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
Kemasan
untuk kerajinan berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan serta
memberikan kemudahan membawa dari tempat produksi hingga sampai ke konsumen.
Kemasan juga berfungsi untuk menambah daya tarik, dan sebagai identitas atau
brand dari produk tersebut. Fungsi kemasan didukung oleh pemilihan material, bentuk,
warna, teks dan grafis yang tepat. Material yang digunakan untuk membuat
kemasan beragam bergantung pada produk yang akan dikemas. Daya tarik dan
identitas, selain ditampilkan oleh material kemasan, juga dapat ditampilkan
melalui bentuk, warna, teks dan grafis. Pengemasan dapat dilengkapi dengan
label yang memberikan informasi teknis maupun memperkuat identitas atau brand.
Kemasan
dapat dibagi menjadi 3 (tiga), kemasan primer, kemasan sekunder dan kemasan
tersier. Kemasan yang melekat pada produk disebut sebagai kemasan primer.
Kemasan sekunder berisi beberapa kemasan primer yang berisi produk. Kemasan
untuk distribusi disebut kemasan tersier. Kemasan primer produk melindungi
produk serta memberikan kemudahan untuk distribusi dari tempat produksi ke tempat
penjualan. Perlindungan bisa diperoleh dari kemasan tersier yang membuat
kemasan beragam bergantung pada produk yang akan dikemas. Kemasan produk
sebaiknya memberikan identitas atau brand dari produk tersebut atau dari
produsennya.
C.
Penghitung Biaya Produksi Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
Biaya
produksi adalah biaya biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi
barang. Unsur biaya produksi adalah bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead.
Tabel.
Contoh Penghitungan Biaya produksi
Biaya
bahan baku
|
Rp
...................................................................
|
Biaya
tenaga kerja
|
Rp
...............................................................
|
Biaya
overhead
|
Rp ...............................................................
+
|
Biaya
produksi
|
Rp
...............................................................
|
D. Pemasaran
Langsung Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
Pemasaran
langsung adalah promosi dan penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen
tanpa melalui toko. Penjualan langsung merupakan hasil dari promosi langsung
yang dilakukan oleh penjual terhadap pembeli. Sistem penjualan langsung dapat
berupa penjualan satu tingkat (single-level marketing) atau multi tingkat
(multi-level marketing). Penjualan satu tingkat merupakan cara yang paling
sederhana untuk menjual produk secara langsung. Wirausahawan langsung
memasarkan dan menjual kepada konsumen tanpa membutuhkan toko atau pramuniaga.
Pemasaran produk kerajinan dapat dilakukan dengan cara pemesanan. Konsumen
dapat melihat langsung produk ataupun melalui gambar dari produk kerajinan, dan
kemudian memesannya.
Produsen
kerajinan selain menjual produknya sendiri, dapat membentuk kelompok penjual
yang akan memasarkan dan menjualkan produknya secara langsung kepada konsumen.
Kelompok penjual dapat terdiri atas beberapa tingkatan. Sistem dengan beberapa
tingkat kelompok penjual, disebut multi level marketing Produk perusahaan
memiliki usaha di bidang penjualan langsung (direct selling) baik yang
menggunakan single level maupun multi level marketing wajib memiliki Surat Izin
Usaha Penjualan Langsung yang dikeluarkan oleh BKPM sesuai dengan Peraturan
Menteri Perdagangan No. 32 Tahun 2008.
E. Evaluasi
Hasil Kegiatan Usaha Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
Evaluasi dibagi menjadi 2 terdiri atas evaluasi individu dan evaluasi kelompok.
Evaluasi individu dibuat untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran
terhadap setiap peserta didik. Evaluasi individu meliputi evaluasi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Evaluasi kelompok untuk mengetahui interaksi
yang terjadi dalam kelompok, kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
PPT BAB 1
PPT BAB 1
Komentar
Posting Komentar